Pemerintah Israel berencana menyingkarkan nama-nama kota dalam bahasa Arab dan Inggris yang tertulis di papan petunjuk jalan, dan hanya meninggalkan nama kota dalam bahasa Hebrew.
"Menteri Transportasi Yisrael Katz yang mengambil keputusan itu dan akan segera diimplementasikan," kata seorang juru bicara kepada AFP Senin (13/7).
Dalam rencana baru itu hanya nama kota besar, kota kecil, dan desa, yang menggunakan bahasa Hebrew, yang ditulis di papan nama jalan.
Sekarang ini papan nama jalan yang dibuat Israel dituliskan dalam 3 bahasa, Arab, Inggris, dan Hebrew.
Jerusalem ditulis Yerushalaim dalam bahasa Hebrew, Jerusalem dalam bahasa Inggris, dan Al-Quds dalam bahasa Arab (di samping itu juga ditulis Yerushalaim dengan huruf Arab).
Namun dengan adanya rencana tersebut, kota suci Al-Quds hanya akan dituliskan sebagai Yerushalaim dalam 3 bahasa tadi. Nazareth (dalam bahasa Arab disebut Al-Nasra) akan disebut dengan Nazrat. Dan kota Jaffa (dalam bahasa Arab disebut Jaffa), akan ditulis dengan Yafo.
"Nama-nama pada papan nama harus menggambarkan realitas penduduknya. Itu mengapa papan petunjuk di Israel harus ditulis juga transliterasinya dalam bahasa Hebrew," demikian alasan yang disampaikan Katz kepada harian Yediot Aharonot.
Ia mengatakan bahwa perubahan itu dipicu oleh orang Palesina yang memaksa untuk menggunakan nama-nama kota dalam bahasa Arab untuk menyebut kota-kota Israel.
"Sebagian peta Palestina masih menyebut nama kota di Israel dengan nama lama sebelum tahun 1948, sejak mereka melihatnya sebagai pemukiman (Yahudi)," kata Katz.
"Saya tak akan membiarkannya ditulis dalam papan-papan petunjuk milik kami. Pemerintahan yang sekarang ini, dan tentunya menteri ini, tidak akan membiarkan seorang pun mengubah Jerusalem Yahudi menjadi Al-Quds Palestina."
Israel memberikan nama kepada banyak desa, kota, dan daerah-daerah lain yang berhasil dikuasainya setelah perang 1948 dengan nama yang kebanyakan diambil dari Bibel.
Rencana Israel itu seketika menyulut api, karena berusaha menghapus bahasa Arab dan peninggalannya.
"Menteri Katz keliru jika ia pikir dengan mengubah beberapa kata dapat menghapus eksistensi orang Arab yang berhubungan dengan Israel," kata Ahmad Tibi, anggota Knesset yang juga orang Arab.
"Ini adalah sebuah rencana nyata untuk merusak bahasa Arab dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya."
"Al-Quds akan tetap disebut Al-Quds dan Shfaram akan tetap disebut Shefa'Amr," katanya menegaskan.
Menteri Hubungan Kaum Minoritas Avishay Braverman juga menolak rencana itu. "Tanda petunjuk jalan bukanlah sebuah isu politik. Bahasa Arab termasuk bahasa resmi di negara Israel," katanya.
Orang Arab Israel yang berjumlah hampir seperlima dari total populasi, merupakan keturunan dari orang-orang yang tetap tinggal di daerahnya ketika ratusan ribu orang Palestina harus mengungsi atau dipaksa meninggalkan rumah mereka oleh kaum Zionis di tahun 1948, ketika negara Israel mulai dibangun di atas puing-puing negeri Palestina.
Hubungan antara orang Yahudi Israel dengan orang Arab sudah sejak lama sangat buruk, di mana orang-orang Arab sering mengeluhkan adanya diskriminasi terhadap mereka.
Knesset sejauh ini sudah membuat hidup orang Arab Israel yang menikah dengan orang Palestina semakin sulit, dengan tidak mengizinkan orang Palestinanya mendapatkan bukti kependudukan di Israel agar bisa tinggal bersama pasangan mereka.
"Orang seperti Yisrael Katz akan selalu datang dan pergi, tapi Shefa 'Amr akan tetap di sini," kata Mohammad Barakeh, ketua Partai Hadash.
"Dengan ini saya mengatakan padanya bahwa ia tidak dapat mengubah keaslian dari sebuah tempat." [source:www.hidayatullah.com]
Kota Al-Quds Akan Diganti Menjadi Yerushalaim
By Islamic Line 01.41 Internasional , News
0 thoughts on “Kota Al-Quds Akan Diganti Menjadi Yerushalaim”