Sikap Ulama Berpolitik Tak Dianut Umatnya

Yang membuat suara JK –Wiranto tak sampai 10% karena JK belum dianggap orang NU, ujar tokoh NU

Minimnya suara JK-Wiranto yang tak sampai mencapai 10%, melahirkan analisa berbagai pihak. Cucu pendiri NU, KH Shalahudin Wahid berpendapat, adanya kekalahan tersebut, berarti selama ini JK belum dianggap sebagai tokoh NU, terutama di Jawa Timur.

Ia membandingkan saat pihaknya maju sebagai cawapres Wiranto pada pilpres 2004 lalu, dapat mengantongi perolehan suara sebanyak 29 persen. Oleh karena itu, pihaknya heran dengan perolehan suara JK yang tidak sampai 10 persen. Padahal, pasangan JK - Wiranto juga mendapatkan dukungan dari NU.

ari kondisi itu, pihaknya mengakui, selain JK belum dianggap sebagai figur NU, kiprah pondok pesantren dan kiai juga dipertanyakan. Dalam arti, sudah tidak efektif lagi ponpes dan kiai terjun ke wilayah politik.

"Buktinya, meski mendapat dukungan dari NU dan kiai, ternyata pasangan JK tetap kalah," kata Gus Solah, Jumat (10/7/2009), sembari mengakui bahwa pihaknya juga mengalami kesalahan.

Ke depan, mantan cawapres 2004 ini berharap agar NU dan pesantren tidak lagi terseret dalam wilayah politik.

"Hal ini juga berlaku bagi saya sebagai pengasuh Ponpes Tebuireng," tambahnya.

Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Airlangga Surabaya, Prof Dr Kacung Marijan mengatakan, gerakan mobilisasi politik kiai faktanya tidak berhasil.

Kacung yang juga Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) NU Jatim tersebut lebih lanjut menerangkan, kondisi ini semakin membuktikan bahwa kiai tidak lagi menjadi panutan kuat bagi warga NU dalam menentukan sikap politik.

“Sejak awal sudah terlihat jelas, pendirian politik warga NU itu sangat otonom, sehingga gerakan mobilisasi kiai tidak akan banyak berarti. Jadi, menurut saya yang salah itu ya tim sukses, kenapa masih juga mengerahkan kiai. Kalau mau cari tausiyah agama ya memang benar ke kiai, tapi kalau mau cari suara seharusnya langsung memobilisasi warga NU karena mereka yang punya suara,” kata Kacung. [source:www.hidayatullah.com]